Keberagaman Dalam Pembelajaran

 Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Dalam buku Road to Guru Penggerak (2021) dijelaskan kalau pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang dibuat berdasarkan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk membantu siswa sukses dalam belajar.

Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan siswa untuk memilih apa mereka ingin pelajari, bagaimana cara belajar, dan produk belajar apa yang ingin dihasilkan. Tapi, tentu saja ada batasan-batasan yang harus diperhatikan. Di sinilah tugas guru untuk memberi arahan berdasarkan kurikulum yang berlaku.


Unsur-unsur Pembelajaran Berdiferensiasi

1.      Kesiapan belajar peserta didik (readiness)

Kesiapan belajar adalah kondisi awal suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban yang ada pada diri siswa dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu.

2.      Minat peserta didik

Minat adalah

salah satu motivator penting bagi peserta didik untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.

3.      Profil belajar peserta didik

Profil belajar peserta didik merupakan pendekatan yang disukai peserta didik untuk belajar, yang dipengaruh oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, jenis kelamin, minat, gaya belajar, apa yang dipelajari peserta didik di rumah, special needs,  preferensi belajar, latar belakang peserta didik, konsentrasi, pembelajaran dinamis, prior knowledge, prior experience, karakter, manajemen waktu, status ekonomi, dan liking school.


Contoh Keberagaman Dalam Pembelajaran

1.      Keberagaman Fisik

Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuranpada kelasnya

Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuranpada kelasnya

Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan

Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota tubuhnya, ada juga peserta didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan dan fungsi anggota tubuhnya.

2.      Keberagaman Sensorik

Ada peserta didik yang memiliki penglihatan tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan

Ada peserta didik yang memiliki pendengaran tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan pendengaran

3.      Keberagaman Sosial Ekonomi dan Demografis

 Ada peserta didik dari keluarga kaya, sedang, miskin

Ada peserta didik dari perkotaan dan pedesaan

Ada peserta didik yang tinggal di perumahan dan masyarakat/perkampungan

4.      Keragaman Jenis Lainnya

Ada peserta dengan hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik, autis, dan sebagainya


Teori Yang Melatarbelakangi Perlunya Pembelajaran Berdiferensiasi 

1.      Teori Sistem Ekologi

Teori Ekologi Bronfenbrenner Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner berfokus pada konteks sosial yang mempengaruhi kehidupan individu sehingga turut mempengaruhi perkembangan mereka. Bronfenbrenner mengungkapkan bahwa individu akan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang berasal dari interaksi interpersonal terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Agar lebih mudah dalam memahami teori ekologi Bronfenbrenner silahkan perhatikan gambar berikut:

2.      Teori Multiple Intelligences

Teori tentang multiple intelligences atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut  sebagai kecerdasan majemuk. Teori ini dicetuskan dan dikembangkan oleh Howard Gardner (1993). Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Dapat dikatakan juga bahwa setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda yaitu kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis.

3.      Teori Zone of Proximal Development (ZPD)

Menurut Vygotsky yang dikutip oleh Tedjasaputra, setiap anak dapat membina mental mereka melalui lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk dasar berpikir, pendapat, keterampilan dan termasuk juga sikap mereka. Pertumbuhan mental mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan juga tingkah laku orang lain.1 Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.2 Vygotsky mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (Zone Of Proximal Development). Menurut Vygotsky yang dikutip oleh Tedjasaputra, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat yaitu, tingkat perkembangan aktual.

(independent performance) dan tingkat perkembangan potensial (assisted performance) dengan Zone Of Proxmal Development (ZPD).3 Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih berkompeten. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal atau yang kita kenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada di dalam proses pematangan. Kemampuan-kemampuan ini akan menjadi matang apabila berinteraksi dengan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih berkompeten. Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: Tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan yang perlu dikembangkan: saling menghargai , menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegoisasi, dan saling mengadopsi pendapat yang berkembang.

 

4.      Lesrning Modalities

DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh). Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif.

Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi daripada apabila ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.

Sementara itu, individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain. Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam pembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNSUR PEMBANGUN DAN STRUKTUR DRAMA ANAK-ANAK

Drama penggembala sapi

WACANA BAHASA INDONESIA