UNSUR PEMBANGUN DAN STRUKTUR DRAMA ANAK-ANAK
A.
PENGERTIAN
DRAMA
Kata drama berasal dari
bahasa Yunani Draomai yang
berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari Drama adalah
kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang
menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton
Drama adalah hidup yang
dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita
lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog
itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan
satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan
lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang
melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan
karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext
atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
B. PENGERTIAN DRAMA ANAK
Secara
umum pengertian drama anak adalah teks yang bersifat dialog dan isinya
membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984: 158). Dapat juga dikatakan bahwa
drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
mengemukakan emosi lewat lakuan dan dialog, lazimnya dirancang untuk pementasan
di panggung, (Sudjiman, 1984: 20). Sedangkan secara khusus, pengertian drama
anak-anak adalah proses lakuan anak sebagai tokoh. Dalam berperan, mencontoh
atau meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfatkan
pengalaman dan pengetahuan tentang karakter dan situasi dalam suatu lakuan,
baik dialog maupun monolog guna menghadirkan peristiwa dan rangkaian cerita
tertentu, (Wood dan Attfield, 1996:144).
Tidak
jauh berbeda unsur pembangun karya sastra yang lain (prosa, puisi) karya sastra
drama anak-anak mempunyai dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur yang secara langsung berada dalam karya sastra (drama) anak-anak yang
merupakan kesatuan struktur intern sedangkan unsur ekstrinsik adalah segala
macam unsur yang berada di luar karya sastra (drama) anak-anak, unsur
ekstrinsik ini dianggap sebagai bagian dari keseluruhan struktur yang membangun
sebuah karya sastra (drama) anak-anak, jika ia terbukti memberi pengaruh
terhadap keseluruhan karya tersebut.
C. UNSUR PEMBANGUN DRAMA ANAK-ANAK
Tidak
jauh berbeda unsur pembangun karya sastra yang lain (prosa, puisi) karya sastra
drama anak-anak mempunyai dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung berada
dalam karya sastra (drama) anak-anak yang merupakan kesatuan struktur intern
sedangkan unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar karya
sastra (drama) anak-anak, unsur ekstrinsik ini dianggap sebagai bagian dari
keseluruhan struktur yang membangun sebuah karya sastra (drama) anak-anak, jika
ia terbukti memberi pengaruh terhadap keseluruhan karya tersebut.
1.
Unsur
Intrinsik Drama Anak-Anak
Seperti
halnya karya prosa, unsur-unsur intrinsik yang membangun karya drama anak-anak,
yaitu tokoh, alur, latar, dan tema.
a.
Tokoh
Tokoh
dalam drama anak-anak selain orang dewasa dan anak-anak biasa juaga berupa
bonek, binatang, tumbuhan, dan benda mati. Namun, tokoh boneka, binatang,
tumbuhan, dan benda mati, sikap dan tingkah lakunya tetap menggambarkan
kehidupan manusia.
Ciri-ciri
tokoh drama anak-anak, yaitu memiliki ciri-ciri kebadanan, misalnya usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, dan kondisi wajah. Ciri-ciri kejiwaan, misalnya
mentalitas, moral, temperamen, kecerdasan, dan kepandaian dalam bidang
tertentu. Sedangkan ciri-ciri kemasyarakatan, misalnya status sosial, pekerjaan
atau peranannya dalam masyarakat, pendidikan, ideologi, kegemaran, dan
kewarganegaraan.
Tokoh
utama adalah pelaku yang diutamakan dan biasanya intensitas kemunculannya lebih
sering dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh tambahan adalah
pelaku/tokoh yang kemunculannya lebih sedikit dan tidak begitu dipentingkan
kehadirannya.
Penokohan
drama anak-anak dapat diciptakan pengarang dengan cara mengungkapkan gambaran
tentang tokoh melalui cakapan tokoh, penggambaran keadaan tokoh, dan tingkah
laku tokoh.
b.
Alur
Sebagai
mana pada cerita rekaan, alur disebut juga plot, jalan cerita, atau struktur
neratif. Demikian pula alur drama disebut juga struktur drama. Berkaitan dengan
drama anak-anak maka alur drama anak-anak adalah rangkaian peristiwa yang
mempunyai hubungan sebab akibat. Struktur drama anak-anak digolongkan menjadi
lima bagian, yaitu (a) perkenalan, (b) penajakan laku, (c) klimaks, (d)
leraian, dan (e) keputusan (Christopher Rusell Reaske, 1996:29).
Alur
atau struktur drama anak-anak pada umumnya mengandung lima bagian rangkaian
peristiwa, yaitu:
1) Perkenalan
2) Konflik
3) Klimaks
4) anti
klimaks
5) penyelesaian.
Perkenalan
adalah bagian rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak berisi keterangan
mengenai tokoh dan latar. Dalam bagian ini pengarang memperkenalkan para tokoh,
menjelaskan tempat peristiwa, dan gambaran peristiwa yang akan terjadi.
Konflik adalah
tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak dengan alam, manusia dengan
sesama manusia, manusia dengan pencipta, manusia dengan diri sendiri.
Klimaks
adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang menimbulkan
puncak ketegangan. Peristiwa dalam tahapan ini merupakan pengubah nasib tokoh.
Antiklimaks
adalah tahapan rangkain peristiwa dalam drama anak-anak yang menunjukan
perkembangan lakuan kearah selesaian. Tahapan ini kadar pertentangan dan
ketegangan mereda.
Penyelesaian
adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang diakhiri dengan
kebahagiaan, kedamaian, ataupun kesedihan. Ketentuan final dari segala
pertentangan yang terjadi terungkapan.
c.
Latar
a) Memberikan
pijakan cerita secara konkret dan jelas
b) Menciptakan
kesan realitis kepada penbaca atau penonton,
c) Menciptakan
suasana yang seakan-akan nyata ada sehingga mempermudah pembaca atau penonton
dalam berimajinasi,
d) Mendorong
pembaca atau penonton agar berperan kritis terhadap teks drama atau pementasan
yang berkaitan dengan pengetahuan latar.
d.
Tema
Tema
pada drama terdapat keseluruhan teks. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh
cerita suatu drama anak-anak. jadi, penentuan tema sebuah drama anak-anak
dilakukan berdasarkan keseluruhan teks yang bersangkutan tidak hanya
berdasarkan pada bagian tertentu.
Pada
umumnya tema dalam teks drama anak-anak dinyatakan secara eksplisit. Di samping
itu tema drama anak-anak merupakan pikiran utama yang dikaitkan dengan masalah
kebenaran dan kejahatan. Misalnya, perbuatan yang jahat akan dikalahkan oleh
perbuatan yang baik.
2.
Unsur
Ekstrinsik Drama Anak-Anak
Adapun
unsur ekstrinsik karya sastra, yaitu unsur-unsur yang meliputi biografi
pengarang, aspek psikologi, dan aspek sosiologi.
a.
Biografi
Pengarang
Seorang
pengarang karya sastra, dalam hal ini pengarang sastra anak-anak perlu menjiwai
corak kepribadian anak-anak.
b.
Psikologi
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang (P. Hariyanto,
1997/1998: 9.30) Psikologi juga dikatakan ilmu yang berkaitan dengan
proses-proses mental, baik berkenaan dengan proses mental yang normal maupun
yang abnormal dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang
gejala dan berbagai kegiatan jiwa. Pengarang drama anak-anak dalam menulis
hasil karyanya sudah barang tentu menggunakan kaidah-kaidah dari ilmu jiwa
anak-anak atau karakter khusus yang dimiliki oleh binatang tertentu
c.
Sosiologi
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai struktur sosial dan proses-proses sosial (P.
Hariyanto, 1997/1998: 9.32). Pengarang menulis karya drama anak-anak juga
dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat asalnya, kondisi ekonomi, dan
realitas sosial.
D.
CIRI-CIRI
DRAMA ANAK
Drama
anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya. Yang
berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah
adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.
E.
Daftar Pustaka
-
Luxemburg, J.V.Dkk. (
1984 ). Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko.Jakarta: Gramedia.
-
Rahmanto, B &
Hariyanto, P. ( 1997 ). Cerita Rekaan Dan Drama.Jakarta: Universitas Terbuka.
-
Sudjiman,P. ( 1984 ).
Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
-
Wood, E &
Adffield, J. ( 1996 ). Play Learning And The Early Childhood Curiculum. London:
Paul Chapman Publishing.
-
Hj. Dra . Yusi
Rosdiana, M.Pd., Dkk. ( 2007 ). Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta.
Universitas Terbuka.
Komentar
Posting Komentar